Lamanku

Hard_Men (the strong boy)

Solok, Sumatra barat, Indonesia

Sabtu, 22 Desember 2012

:) Sampai Di Bandara Domedodovo (:

Tak banyak yang bisa aku katakan ketika sampai di bandara Domedodovo satu diantara 3 bandara utama di Moskow. kedua kakiku sangat terasa berat sekali meninggalkan sisa-sisa kehidupan di indonesia untuk memulai berjalan di dunia baru. bercanda bersama teman-teman di sekolah, tertawa bersama ibu, di marahin uniku lisa, di omelin uniku emi karena tak pernah menghubungi dia, di pukul pamanku karena tidak disiplin, dan banyak macam momen yang mungkin akan sulit aku jumpai di sini.....kini aku memulai untuk hidup benar-benar mandiri, 

Pandanganku seakan terpaku jauh tanpa arah, di balik jendela kaca aku ingin menangis jika mengingat semua yang terjadi di rumah dan sekolah, rasanya keindahan Russia dan hawa dingin yang menyelimuti negeri ini membuat beku air mataku. Tapi karena cinta dan cita-cita ini, mebuat semangat tetap terjaga. Negeri beruang putih ini benar-benar dingin ketika aku keluar dari bandara. :)


salam cinta buat IBU,PAPA, semua KELUARGAKU. dan,
salam cinta buat seluruh keluarga "SMA NEGERI 3 KOTABUMI, LAMPUNG UTARA.

 


Rabu, 05 Desember 2012

transit di Etihad "Abu Dhabi"

sesampainya kami di etihad,
semua penumpang turun untuk menunggu penerbangan selanjutnya ke mosckow, dan saya sangat senang sekali keberangkatan kali pertama ini bisa singgah pula di tanah arab yaitu abu dhabi. 

mendaratnya pesawat secara perlahan, memudahkan saya untuk menikmati suasana malam di abu dhabi yang sedang di guyur hujan pada saat itu, dari balik jendela kelap-kelip kota dari kejauhan membuat rasanya ingin sekali lari kesana. tapi sayang tampaknya kami semua harus banyak istirahat untuk mengisi ulang stamina tubuh.

transit kami saat itu, cukup lama 9 jam. owh bayangkan kami harus menunggu 9 jam lamanya hanya untuk berbaring,duduk,berbaring,duduk dan terus seperti itu. tapi karena bentuk bandara yang cukup unik, dengan tiang penyanggah lebar seperti bungan mekar dengan desain ala-ala rumah lebah di tambah lorong-lorong cantik sebagai pintu keluar masuk membuat kami seperti berada dalam lorong waktu.

bnadara abu dhabi
,
corak warna yang unik :)

  tapi parahnya, kami mendapat informasih pesawat masih delay, dan harus menunggu lagi 3 jam. waahhhh, menunggu ridho rhoma cocok banget kali ya hehe :)
tapi karena lamanya waktu tidak terasa buat kami ngalor ngidul, bercanda dan tertawa bersama. akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke mosckow ibu kota Russia :). wow tak sabar lagi ini!!

di pesawat pun kami mendapat makan malam, yang cukup mengenyangkan perut.
saya tidak tau nama makanan itu, tapi yang jelas ada roti,kerupuk,yogurt, dan sesuatu seperti kentang tapi kenyal-kenyal di mulut hehe..yang tarpenting mengenyangkan deh :)

sebelum sampai di mosckow, sempat fhoto dulu di pesawat nihhhh pissss :)

ntar lanjut ya lagi ya di mosckow :)

Selasa, 04 Desember 2012

Detik-detik keberangkatanku ke Russia :)

alhamdulillah, setelah 2 bulan disini, di krasnodar kota tempat saya menempuh pendidikan S1 saya, akhirnya dengan sangat legah saya dapat menulis lagi, karena apa?, selama dua bulan kemarin saya di sibukan dengan berbagai keperluan perkuliahan, dari itu pendaftaran mahasiswa baru,pengurusan asuransi, asrama, cek up ke rumah sakit, sampai pembagian group Podfak (semacam fakultas persiapan) sampai peralatan yang saya perlukan untuk belajar. semua waktu tersita.

nah, mumpung ada waktu. sekarang saya akan menceritakan bagaimana proses keberangkatan saya dari Bandara Sukarno-Hatta, transit di Abu dhabi, transit lagi di Mosckow (ibu kota Russia), sampai terakhir di kota ini "Krasnodar" :).

awalanya, saya bingung harus dengan apa saya berangkat ke bandara, sebab semua keluarga saya mau ikut, untuk menyaksikan sang anak tercinta (saya hehe) di detik-detik keberangkatannya. di piki-pikir kalau pakai taksi itu terlalu mahal (lagi pula kami terlalu banyak), jalan kaki juga sepertinya terlalu melelahkan (haha apalagi ngesot :) ). akhirnya setelah berembuk panjang, kami naik bus Damri (yang memang ada khusus tujuan ke Bandara).

setelah semua selesai, barang2 sudah di pack dengan sangat apick, parfum kesayangan dan segala tetek bengek nya. lantas kami meluncur ke bandara, sempat berdebat panjang lagi saya dengan keluarga alasannya saya tidak tau locket kumpul kita, apalagi keluarga saya lebih sangat tidak tau. akhirnya setelah berputar2 di area bandara yang sangat luas itu, saya mendapatkan Sms kalau kami harus berhenti di locket C1, lantas sang supir dengan sangat cepat bergegas banting stir ke locket C2. (wajarlah keluarga kampung yang baru kali pertama ke bandara hehe :) ).

setelah kami sampai, saya bertemu teman-teman seangkatan yang juga mendapat beasiswa ke Russia, wah begitu senangnya, kami bisa berkumpul, bertatap muka dan berdiskusi tentang alasan Studi di Russia. tapi sayang waktu tidak begitu banyak untuk kami bisa berbincang-bincang terlalu lama, lantas kami harus bersiap-siap karena pukul 18.30 kami sudah harus landas.

tapi sebelum itu saya sempatkan untuk menjama' sholat magrib dan isha, dan tidak lupa foto permisaan bersama keluarga tercinta, "..oh ibu ku tersayang, anakmu akan pergi jauh, do'akan supa sukses ya bu " ;), itu kata-kata terakhirku sembari mencium pipi ibuku. (owh ini perpisahan yang sangat menyedihkan, sebab lima tahun itu bukan waktu yang sebentar..tapi lamaaaa sayang ;) .
i love you mom :)
bersama ibu tercinta :)
i love you all
uniku lisa irwan bersam suami dan anaknya :)




setelah kami, berfoto bersama, ditik keberangkatanku pun akhirnya tiba, aku tak bisa melepas melepas tangan ibuku, dan membendung kesedihan, semuanya bercampur aduk, antara bahagia dan sedih. uni ku lisa irawan, hermi susanti, abangku yang tak datang briyan hidayat, dan ayahku yang juga tak datang di hari keberangkatanku. 'I LOVE YOU SO MUCH MY FAMILY", kalian akan selalu ku ingat dalam hidupku :).

detik-detik keberangkatan
see you good by my mom ;).

Kamis, 06 September 2012

Briefing di PKR



:) Briefing di PKR (:
Alhamdulillah, sampai di jakarta pukul 08.12. sedikit lama emang maklum sampi di jakarta hari senin, hari penuh duka bagi pengendara kendaraan, macet,sesak bahkan stagnan bahasa yang kami pakai dalam ilmu social keadaan dimana semua kendaraan berhenti total. Tak ada celah bagi kendaraan roda empat tidak terkecuali Bus way  yang memiliki jalur habis dimakan oleh pengendara motor, angkot dan mikrolet, mereka terus bersaing mendapatkan sisa waktu yang habis percuma di jalanan ibukota. Berisik, bertengkar, cacimakian ,suara klakson,teriakan,asap kendaraan  dan panas semua siap menyambut kedatanganku.

Melihat ruas jalan di banjiri manusia, tak ada harapan untuk mendapatkan tempat duduk (sayang gue gak bawa tiker hehe). Tali pembatas antrian ke arah harmoni pun sudah tak jelas letaknya, semua berhamburan tat kala bus bertandang satu persatu ke depan pintu halte. Semua saling dorong dan berdesakan tarik menarik teman,sahabat,kekasih dan sanak famili untuk cepat sampai mendapatkan tempat duduk. Dengan cara hoki-hoki jitu ala posisi bag bola  gue seruduk yang lain kiri kanan gue seleding, dan gue hantam di depan (eittts ada yang nginjek barang gue) gue tarik kuat-kuat dan hajar yang didepan (gak gituh juga kali ya ;)).

 “eh santai dong”!! seru gadis muda berambut pirang ala-ala bule jakarta (bah cantik banget bung) tergoda gue pada pandangan pertama haha.
“maaf sist, gue gak sengaja”, dengan tetap memandang matanya and stay cool wahaha.
Alhasil, obrolan kamipun berlanjut di dalam bus way (sengaja gue ikutin dimana dia berdiri), eh dia milih yang paling  pojok (pas banget tuh).
“kuliah mba’? gue mulai mulai pembicaraan, (stt belum ada respon)
“kuliah mba’? gue ulangi dengan suara tinggi. (ehh dia noleh cuy)
“saya?, dengan suara aneh.
“ya!, sahut gue.
“iya, kenapa?, jawab dia dengan pertanyaan.
“yaa, nanya aja”, (hehe alesan)
“loe mau kemana? tanya si gadis (wah ini yang gue tunggu-tunggu).
“kerumah mba’, eh maksud saya ke cakung!, (grogi cuy hehe)
“oh, kejakarta mau kerja?, kerja apa? (doubel qutions lagi)
“emm, menurut mba’?, (gue balik bertanya)
“ya, gak tau”, (dengan suara ketus, dan bete’ gitu xixix)
Yaaahh, panjang deh ngobrolnya, langsung aja ya!

Alhamdulillah sampai stasiun buaran,cakung 12.54 cukup lama perjalanan. Gue gak perlu naik kereta lagi karena rumah kaka’ gue di  samping stasiun (ye dapetnya berisik lagi deh ). Tibanya di rumah gak langsung tidur, harus kasih kabar dan cerita panjang ama kaka’ gue tentang persiapan keberangkatan ke Rusia.  Panjang ngalor ngidul bareng tetangga sampe tidur gue jam 15.00, pas gue dapet 2 jam untuk istirahat.
Jam 17.00 gue bangun, mandi next gue  makan bakso di depan rumah sembari browsing dari handpone. End kabar dari mbak dian gue liat lagi,
Yth. penerima beasiswa. Hari Selasa 4 September 2012, Pak Yuri mau ketemu, ada briefing kecil. Juga bersama dengan Ketua PERMIRA mas Farohaji Kurniawan (Tula). Sementara ini, jamnya adalah jam 2 siang. Harap sediakan waktu. Terimakasih.
Top of Form
Batal Suka · · 31 Agustus pukul 16:22

“Emmh, gue udah gak sabar nieh pengen berjumpa dengan para kandidat, bagaimana ya Rupa mereka?, selama ini kami hanya berhubungan melalui forum kandidat mahasiswa Russia 2012-2013 di facebook, sebagai ladang komunikasi kita-kita calon mahasiswa untuk berhubungan.

And than....

Selasapun tiba, mikir-mikir pake baju apa ya? (acak-acak koper), karena langit sedang biru cerah gak ada salahnya gue pake baju BIRU kelabu dan levis biru, tapi gue bingung masa gak belance banget pake sepatu colat, yah! Gue gak pernah pake ini sie sebelumnya sejenis topi rajutan, ntahlah apa namanya (yang pasti biar stylis aje hehe )coz warnanya cocok ama sepatu.
Lengkap deh, 08.25 pagi gue cabut ke tanah abang?, buat cek koper yang ukuran 30 kg, (gila’ mahal banget), “ada yang murah, dengan kwalitas yang top gak sih?, gue bertanya-tanya.

“ada dek!, sambung temen abang gue.
“ada! Serius lohhhhhhhhhhhhhhhhhhhh (alay ekspresion)
“iya, koper barbie! Haha”, sejurus mata teman-temannya pun pada tertawa terbahak-bahak.
(Wah, gue jadi bahan lelucon nieh).

Next, lepas solat zuhur pukul 12.54 gue jalan ke PKR, minta penjelasan sedikit ke abang gue bagaimana cara ke PKR, mungkin teman-teman bertanya PKR itu apa?, PKR adalah singkatan dari (Pusat Kebudayaan Rusia). Lengkapnnya sih sebenarnya “PIPKR (Pusat Ilmu Pendidikan & Kebudayaan Rusia), tapi kami para kandidat lebih awam menyebutnya dengan “PKR”.
Sebelumnnya gue sudah pernah ke PKR kira-kira 4 bulan yang lalu, sebelum gue lulus SMA , tapi hanya sebentar itupun gue harus izin dari ujian praktek sekolah untuk melampirkan berkas pendaftaran beasiswa tahun ini. sedikit lupa-lupa ingat, tapi ya masih jelas tempatnnya di Jl. Diponegoro dan gue nekat aja sendiri kesana.

Dari tanah abang, sesuai instruksi gue naek kop.aja arah tanah abang –blok M yang Rutenya melewati benderan HI, lalu dari sarinah belok kiri naek Bus 213 yang menyusuri sepanjang Jl. Diponegoro. Tapi, sebelum gue jalan sedikit basa-basi dengan pak polisi yang sedang asik berdiskusi dengan teman sejawatnya “maaf pak, dimana Jl. Diponegoro?”, respek tangannya memberi arahan bercuap-cuap panjang (padahal saya tidak mendengarkannya hehe Nakal J).

Bus 213 datang dengan kecepatan tinggi, “cit..cit, bannnya berdecit di depan halte. Lantas gue naek dan duduk di kursi nomor 4 dari depan. Pinginnya sieh depan sopir ( eh belakang sopir), maksud gue kan langsung nanya, tapi ya dapetnnya di situ mau gimana!.

Sesampainya di PKR gua masuk dengan hati dag dig dug, senyum pertama gue saat berjumpa dengan pak satpam PKR, lalu berlanjut ke gedung utama. Di ruang depan ternyata sudah bertengger sesosok pemuda berjaket “siapakah dia?, kami saling membalas senyum. Sebelum panjang perkenalan gue isi absen, tiga nama di atas gua (Heru,Novia, dan Shuhaji) tapi kenapa disini hanya ada satu? Pikir gue.

“hai, shuhaji!,sembari menjawat tangan dan tersenyum lepas.
“harmen, abdullah, jawab gue santai.
“oh, yang abdulhah madvedev itu ya?
“ya, benar”,

Sebelum kami banyak bicara, seorang gadis masuk bersama adiknya (putih,manis berkaca mata), senna namanya yang gue tangkap dari tulisan absennya.
“hai, shuhaji!” shuhaji memperkenalkan diri.
“hai, harmen, Abdullah”, gue ikut memperkenalkan diri
“senna”, jawabnya pelan (bah suaranya softly banget, kerasin donk! Hehe)

Mulailah kami bertiga berbincang asik, satu sama lain mulai menyambung senyum dalam pembicaraan, tiba seorang lagi bersama ibunya talyta namanya, namun kali ini gue yang mulai perkenalan.
“eh, siapa ini?, tanya gue senyum manis (sok banget)
“talyta”, di balas dengan menyahut tangan, di lanjutkan shahuji dan senna.
 Namun senna dan shuhaji tampaknya melanjutkan pembicaraan mereka dan tak mau di ganggu (hayoo shujahi yeeaa)
Gue dan talyta pun begitu, membicarakan hal-hal yang perlu di bicarakan (yah basa-basi perkenalan lah ;)

Ruangan semakin ramai satu persatu alumni bermunculan termasuk mba’ Dian, kami semua di ajak ke sebuah ruang pertemuan, yang di dalam sudah terdapat dua orang dan gue yakin ini achi (asal surabaya yang stylis banget, maklum generasi politik S1 Moskow)  dan heru (asal bandung, abang ini mahasiswa ITB tahaun pertama dan dapet s1 astrakhan). Kami semua duduk memanjang. Kemudian yang lain menyusul ada sthanlius 2 tahun diatas gue (abang ini mantan STTpln lulus S1 di moskow dari Ambon), lalu vein (Qaqak yang gila abis dengan Gundam tapi fasih abis huruf clyrik, asal jakarte dapet S1 Lipetsk), dan maria (yang diem aje, belum sempet kenalan tapi dapet S1 RUDN Moskow), di susul abang gue Ismail hamka (S1 Irkutsk kota berseri di tengan Siberian, sama gedenya sama gue generasi homos megantropus paleojapanikus whahaha *sori bang J).  Dan terakhir yang dateng hari ini Raja agung yang gue kenal sebagai Black aldy ( asal kendari, bela-belain dateng kemari buat nemuin gue hehe, maksud gue PKR dan abang ini yang satu kota dengan gue satu kampus lagi, S1 Krasnodar, selatannya Rusia di “Kuban state technologichal university”). Dan masih banyak nama lagi, tapi sayang mereka gak hadir.

Buat para alumni senior, banyak yang sudah gue kenal thanks to Mas ( Farohaji sebagai ketua permira, Tio, Yhudistira, Yusuf) dan kak (Fittonia,sarah, putu) terimakasih atas semua penjelasan dan masukan yang sangat bermanfaat buat kami yang baru akan melangkah ke Negeri ujung utara bumi ini. Semoga pertemuan ini di catat sebagai amal kebaikan kita semua. Dan terakhir terimakasih kepada Pak Yuri dan mba’ dian yang sudah bersusah payah menginformasikan kepada kami tentang pertemuan ini.
Sebelu kami pergi makan ke pondok kelapa tak jau dari PKR, kami sempatkan beerfhoto bersama, ;)

*ada yang sangat menyedihkan*

Ketika kedua sepatu antik kami (ane dan bang ismail hamka hilang) #Galau kembali meradang!
Singkat cerita, magrib tiba beberapa diantara kami pergi ke masjid tak jauh dari tempat kumpul makan, kami lepaskan sepatu di tengah tangga lalu lekas setelah berwudlu kami masuk masjid tak terpikir untuk menitipkan sepatu karena jemaat sudah memulai rakaat pertama.

Tidak ada perasaan apa-apa, ternyata kedua sepatu kami di Gondol maling. Terlihat bang mail hilir mudik mencari sepatunya di buntuti heru yang ikut mencari, gue yang tidak tau apa-apa sontak histeris melihat sepatu tunggal gue lenyap. Mau bilang apa gue sama kaka’ gue yang duper sensitif karena dia yang beli’in itu sepatu (hehe pikiran gue panjang sampai kerumah).
10 menit sudah berlalu, tampaknya sepatu itu sudah benar-benar hilang.

“gimana nieh bang?, tanya gue melihat matanya yang masih bingung mencari..cari.
“iklas gak dul?, semua itu titipan”, (bah sambil becanda gitu).
Akhirnya kami pulang dengan style bule Indo (sandal jepit swallow), sembari berbicara hitung menghitung harga sepatu haha. Para alumni senior dan beberapa teman lain sudah mulai meninggalkan tempat.

Tapi lumayan, bang mail tebengin gue sampai ke jati negara. Itung-itung irit ongkos lah, sepanjang jalan bersama mas Andi mardianza kami banyak bicara, terutama bang mail yang banyak buat gue ketawa. Biar sepatu hilang hari ini tapi kami keep happy together ;).

Senin, 06 Agustus 2012

Mengejar Air 2


Mengejar Air 2
Bersama merah putih

Belum tampak tanda-tanda matahari akan keluar dari peraduannya. Sangat gelap sekali, seakan malam membenci dan tak ingin berjumpa dengan bulan untuk kali ini, hanya sang bintang yang kelap kelip setia berujar di tengah biasnya malam. Pantas saja terasa panas memang nyatanya bumi ini semakin panas membuat tidurku gusar kesana kemari mencari posisi yang pas untuk bermimpi, sedikit lama mataku terpejam menanti saat sahur tiba, bintik-bintik keringat mulai menyeruak kepermukaan kulit mengering bersama air liur yang sejatinya membentuk pulau kecil di area bawah kepala, menjadi lebih luas pulaunya mana kala air dalam celanaku ikut hanyut bersama malam, menenggelamkan angan-anganku tentang air yang segar dan menyegarkan, terlalu dalam aku tenggelam sampai batas nafasku berhenti menyesak dan tersentak.

Aku terbangun dan mengetahui kalau semua sudah membasahi celana, bantal dan selimut merah putihku, ibu tak tau, kalau ibu sampai tau matilah aku, kemana aku harus lari dan mencucinya, sebesar kota ini sulitlah mencari air, bahkan untuk sekedar membasahi bibir saja harus mengharap hujan tiba. Agar ibu tak tau, seperti biasa aku bangun dan melipatnya lalu ku sosorkan kebawah dipan untuk kuambil nanti, kalau ibu bertanya “bau apa ini?, aku akan menjawabnya “ mungkin bau gundukan sampah di belakang rumah bu”, sambil tersenyum aneh yang melegakan. Kalau sudah seperti itu ibu seakan diam dan bergumam, saur kali ini ibu hanya memanggang ubi dan singkong, tunggu! Sepertinya basah, singkong ini tidak di panggang tapi di rebus, dari mana ibu mendapatkan air, belum aku bertanya ibu sudah bicara. “kau tak perlu kawatir hari ini kita makan ubi rebus, biar perutmu sehat, banyak makan ubi bakar tak baik untuk kesehatan”, sembari memotong belah ubi menjadi 2 bagian. Aku senang dan bertanya “alhamdulillah, dari mana ibu dapat air untuk merebus?”, “sudahlah kau tak perlu tau, makan sajalah sebentar lagi akan imsak”, ibu selalu tahu kapan waktu imsak akan tiba padahal di rumah kami tak ada jam, ibu memang pandai mengira-ngira waktu, pernah aku bertanya “kenapa ibu tak belikan jam kecil untuk rumah ini?, dan ibu selalu menjawab “ buat apa jam toh kerja ibu hanya serabutan, ibu tak mau di perbudak oleh waktu, yang ibu mau kita yang menaklukan waktu”!, dengan sikap keras, ibu memang selalu ingin mengetur waktu nya sendiri pada prinsipnya memang ada baiknya bukan waktu yang mengatur kita, tapi bagaiman kita bisa mengatur waktu dengan baik.

Ada segelas air putih di meja, cara kami berbagi ibu menuangkannya setengah gelas kepadaku, lalu setengah gelas lagi untuk ibu, begitulah selalu kami lakukan setiap harinya, agar kami tetap bisa merasakan air, pernah ku baca artikel sobek di pinggir jalan “bahwa tidak makan seharipun akan tetap sehat jika hanya meminum segelas air mineral, dari itulah yang buatku selalu semangat, walau sebenarnya memang aku butuh air untuk membasuh rambut ibu yang lama tak pernah di bilasnya, kalau saja aku punya uang sedikit banyak aku mau membawa ibu kesalon kecantikan, bukan untuk bekerja tapi untuk bersolek sedikitlah, agar kampung kutu di kepalanya berimigrasi sejauh mungkin.
Lepas azan subuh, aku tak ingin tidur lagi aku ingin membawa monic (nama ikan hias) jalan-jalan mencari air, terakhir kulihat airnya memang sudah keruh, aku tak ingin dia tersiksa dan sampai mati, di mataku monic adalah ibu kedua karena ini adalah pemberian ayah, jadi sehatinya aku harus jaga benar-benar cinta ayah padaku.

Sebelum monic ku sambangi dekat-dengat, dengan langkah pelan aku mengangkat botol kacanya selaras kepalaku melirik kedalam, apa yang sedang monic rasakan, ia terbaring lemas tanpa air, ia masih hidup sepertinya belum lama ia seperti ini, insangnya terus membuka tutup untuk bernafas, apa yang sebenarnya terjadi?, apa ia terjatuh dan airnya tumpah? tapi kenapa posisinya masih rapi seperti ini, kacanya tidak pula retak, “pasti ibu!’ fikirku melayang jauh ke ibu. “bu!, kenapa monic seperti ini, mana airnya?”, “sudah kau carikan saja lagi airnya!, tadi ibu pakai untuk merebus ubi”, suara ibu jauh keras terdengar sampai ketelingaku, dimana aku harus mencarikan air untuk monic? Tanya ku lagi. “pakai saja air gelas, yang ada di meja itu!” pinta ibu, “tapi, ini tidak cukup ia tidak bisa begerak!, rengekku menjadi, “sudah, pakai saja dulu, sebelum kau mencarinya!” sahut ibu, “cari dimana bu?, masih bertanya, “ke pantai sebrang, sekalian kau bawakan seember air untuk berbuka!”, “tapi jauh bu!” aku mengeeluh, “kau mau pergi, atau monic mati?”, tegas ibu, dan aku terdiam. Terdengar kembali “cepatlah pergi, kau harus kembali sebelum sore!”, aku diam tak menjawab.

Aku tau, pasti sore tak akan cepat sampai kerumah mengingat jauh sekali pantai yang ibu sebutkan itu, sudah lama sekali aku tak kesana. Terakhir umur 2 tahun ayah membawaku kesana itupun aku di gendong, dan sekarang bagaimana bentuk rupa pantai itu? aku tak tau!, sepertinya tak perlu ada yang di bereskan aku mulai mengayuh langkah pertama sepeda ronsokku, “eits..tunggu”, ku injak pegas rem kuat-kuat debu mengepul dari dua sisi ban lalu sedikit terjungkit bagian belakang. Aku baru ingat untuk membawa selimut merah putih yang kusosorkan di bawah dipan, fikirku bisa sekalian di cuci setibanya di sana. Bak supermen musim kemarau, kuikat bagian sisi lebar dari persegi panjang selimut ke kuduku, jadilah aku superhero bersepeda “haha, gelaku menghibur diri.

Seperti pagi, mataharipun baru menampakan dirinya dan bulan sudah lama menghilang, mereka berdua selalu berkejaran siang dan malam, bersama mentari aku bernyanyi mewarnai pagi ini, tak bisa di bayangkan konsep pagi yang di rancang allah selalu indah pada saatnya, selalu ada angin, kicauan burung dan lambaian dedaunan seakan mereka gembira menyambut  pagi yang indah. Dari sepeda Angin berhembus kencang menyapu rambutku, mengibarkan sang merah putih, dan embunnya membasahi wajahku yang kering. Dari semua kebahagiaan itu aku masih tetap saja cemas dengan monic, ‘sudah berapa habis nafasnya? Selalu bertanya di fikiranku, aku sengaja tak memberinya air tadi, aku takut sore tak sampai di rumah, jadi ibu masih bisa mernggunakan air di dalam gelas itu untuk berbuka, mungkin aku bisa dapatkan air di jalan.

Mobil-mobil besar, sepeda motor dan kendaraan lainnya sudah mulai penuh sesak di jalanan, mereka pergi untuk melakukan aktivitas kantor,sosial,dagang dan, lainnya.di sepanjang jalan kota aku belum dapat menemukan air, tak jarang sesekali aku dapatkan air dari cipratan ban mobil, banyak jalan memang yang berlubangdi sepanjang lintas sumatra,jalanan berdebu, bebatuan dan krikil dan semua luka yang ada di jalanan, termasuk luka hatiku menjadi orang terpinggir yang hidup tanpa air. Tapi semua percuma pemerintah seperti punya penyakit telinga, dan rabun jauh, seakan hanya peduli dengan orang-orang dekat, dan butuh teropong bulan untuk peduli terhadap berita orang kampung dan kampungan.

“au”, ada sesuatu masuk kemataku, rasanya pedih sekali, tangan kananku mulai tau maksudnya dan mengggosok-gosok kelopak yang sakit, masih terasa sakit aku tak tau lagi arah jalan, sedikit terdengar seseorang mengatakan “stop! stop! dan akhirnya “dabruugh”, menabrak  gerobak air. Semua jerigen air tak bertutup lantas semua tumpah dan aku ikut tersungkur di antara tumpukan jerigen sepedaku tak jelas lagi lari kemana. aku tak bisa berfikir apa-apa, tanpa bisa merasa sakit lalu aku kemas dengan cepat air yang tumpah dengan ember yang jatuh ikut bersamaku, tapi dimana monic?, sambil menggusar-gusar mencarinya pedagang air itupun terus bicara tak jelas mengocehiku keras-keras.
“maaf pak, maaf pak, terus ku ulangi kata-kata itu sampai akhirnya ku temui monic sedang berenang asik di antara tumpahan air. aku tersenyum bahagia melihatnya, lalu kembali ku masukan kedalam ember dan bergegas lari mengayuh sepeda, sempat pedagang itu mengejarku, lalu dari kejauhan aku mengatakan “Ma’af pak!”, dengan suara lantang dan ketakutan.

Memasuki jalanan berbatu dan berdebu, hari sudah sangat siang matahari kembali menunjukan kemarahannya kepada manusia yang ingkar akan kebersihan, global warming menjadi hal yang lumrah bahkan hanya sekedar tema dan slogan sampahan di jalanan, kebijakan menanan 1000 pohon pun di pikir hanya percuma kalau toh manusia menggerusnya kembali dengan tangan-tangan kotor, negeri yang katanya subur dengan tanaman hijau, kini lambat laun tampak aslinya bagai neraka kecil. Inilah sebabnya air tak mau singgah ke tanah kami. Tanah yang dulu bisa buat nenek dan kakek tersenyum, tanah yang dulu bagai istanah surga, tanah yang dulu menyuguhkan buah segar gratis bagi anak-anak, lalu kini kami hanya bisa menangis dan menunggu kapan tuhan berbaik hanti untuk menurunkan hujan di tanah kami.

Matahari tak lagi iba kepadaku, kakiku terus saja mengayuh sepedah sekuat adanya tenaga, menghitung putaran sampai benar-benar berhenti dan berfikir untuk mencari tempat teduh, punggungku tak sanggup lagi untuk tegap berdiri, aku harus istirahat dan bermimpi untuk mencari tenaga di tengah puasa yang sedang aku lakukan. “alhamdulillah, di belakang gedung sebuah hotel ada taman kecil yang ayem yang bisa buat aku berbaring. Sudah kusambangi saja tempat itu dan meregangkan satu persatu bagian tubuh, ternyata di kota ini masih ada tempat seperti ini, tempat yang menyuguhkan dinginnya rumput hijau,pohon dan semak yang rindang, mungkin ini sedikit dari kebaikan siang yang di berikan tuhan kepada kami yang mau mencarinya.

Di penghujung tidur, aku bermimpi hujan deras mengguyur desaku selama tujuh hari tanpa henti, lalu kami berpesta, menari dan bersyukur bersama di bawah guyuran hujan, semua ternak bersuara riang, tumbuhan, pepohonan,dan buanga kembali tumbuh dan bermekaran. Lebah,semut dan burung bertebaran untuk mencari madu bunga dan manisnya buah-buahan semanis hidup yang kami rasakan

Ternyata mimpi itu tak bertahan lama, aku terbangun di bawah guyuran hujan rintik-rintiknya menbasahi wajah,leher serta badanku, “ya tuhan, apa ini benar-benar hujan?”, “Atau ini jawaban dari mimpiku?, aku masih belum percaya dengan keadaan yang aku dapati ini, aku tersenyum menadahkan tangan tinggi-tinggi berputar-putar riang sebelum aku benar-benar tahu kalau air yang turun itu adalah air jemuran dan terlihat jauh di atas sana seorang gadis seumurku sedang mengibas bajunya untuk di keringkan, “haha, pantas saja baunya, seperti bau ditergen”, melihat aku kebingungan di bawah sana lalu gadis itu bersuara, “maaf ya mas, saya tidak sengaja”, suaranya lebut dan bernada, “iya, tidak apa-apa”, dalam hatiku ikut bersuara “ kalaulah sengaja juga tak apa, toh yang nyiramnya cantik”, aku tertawa dia tersenyum kami saling malu-malu pandang. Aku sudahi pertemuan itu dan mulai cemas mencari sepedaku, “dimana, dimana sepedaku?”, aku rasa aku letakan di samping sini. Ada suara dari atas. “cari apa mas?”, tanya gadis itu. “sepeda!, kamu lihat gak?”, seruku dengan suara tinggi. Iapun langsung menjawab, “yang itu?” tangannya menunjukan kearah seseorang yang dengan cepat membawa sepedaku. “wah sepedaku, tanpa berfikir apapun aku berlari dan mengejar sekuat mungkin, aku belum berhenti, aku tak mau kehilangan sepedaku, pantai tak begitu jauh, aku tak mau pulang terlambat. Namun, nyatanya badanku lemas aku tidak bisa mengejar tapi aku masih berlari, bayangan sepedaku sudah menghilang jauh. Aku tak kuat lagi berlari tapi aku masih saja berlari aku jatuh menangis dan berteriak. Rasanya gila memang gila, di saat bulan puasa seperti ini masih saja ada orang gila yang mau mencuri sepeda rongsok seperti itu, “dasar percuri tidak berfikir”, aku menghujat. “Akukan sedang butuh!, kalaulah kau tau ibuku sedang menungguku di rumah, menunggu air untuk membilas tenggorokannya yang kering setelah seharian bekerja, kau harus tau itu! Harus tau! Hei pencuri! Pencuri!, aku terus berteriak, berteriak kepada pencuriyang sudah jauh larinya, kepada orang yang mau mendengarkan keluhku, kepada tuhan yang maha tahu keadaanku.

Aku bingung, harus bagaimana saat ini, haruskah aku pulang dengan tangan kosong dan mengatakan kepada ibu kalau sepedaku hilang dan monic mati karena aku tak sampai ke pantai, atau tetap melanjutkan perjalanan dan pulang terlambat. pilihan yang sulit memang, tapi harus bagaimana lagi mungkin lebih baik terlambat dari pada tidak datang sama sekali, di pinggir jalan aku menumpang mobil ternak yang akan pergi ke pantai. Bersama kambing ternak lengkapi sore dengan pikiran yang kalut, angin senja berhembus dingin matahari sudah malas memancarkan cahayanya langitpun mulai redup kemerahan, indah memang sore ini tapi sayang aku tak bisa menikmatinya, perutku sakit,kepalaku pusing, keadaanku sudah tidak sehat lagiyang bisa aku lakukan hanya menagkup ember ke perutku yang lapar, memandangi monic sambil berbicara kosong.

Ketika mataku terpejam, aku mulai merasakan rintik hujan bersahutan diwajah,lengan dan kaki semakin lama semakin deras dan basah, yah aku bisa mendengar ribut hujan di sepanjang jalan, kali ini aku tidak bisa mengatakan kalau tuhan berbohong kepadaku. Hujan telah turun tapi sekali lagi sayang aku benar-benar tidak bisa tersenyum, bibirku seakan beku dan mataku bak daun kring yang siap rontok. Sungguh menyakitkan roh ku yang ingin bersyukur.

Tuhan kini mulai tau maksudku, tuhan membalas surat yang ibu kirim jauh-jau hari, aku tau mobil sudah menepi di pinggir pantai sejak lama, menunggu aku turun, karena mobil akan kembali. Melihat aku tak kunjung bangun kedua orang yang mengantarku kemudian mengangkat dan membawaku ke bibir pantai, aku di baringkan disana, dan di selimuti dengan selimut merah putih yang sejak awal perjalanan terikat di kudukku. Aku tak bisa lagi mencucinya anganku sudah jauh pergi ntah kemana, pikiranku melanglang buana kenegeri di mana semua isinya adalah air, senja mulai kontras berwarna merah mentari harus tidur dan pulang kerumah, tampaklah bulan yang sedang bersiap-siap bekerja malam ini, lalu terdengar suara azan menggema jauh ntah dimana suaranya pelan syahdu bertalu di dalam hati, ombak pantai mulai bersahutan sampai kebibirku, bahkan alam tau kalau aku sedang berpuasa. Tentang monic, monic telah jauh pergi ke lautan, ia sudah lebih dulu pulang. Mungkin ia akan lebih bahagia tanpa harus tersiksa hidup bersamaku.


“tuhan! Aku lelah, izinkanlah aku tidur semalam disini, biarkan bulanmu menjadi penerangku agar aku tidak terlalu takut dengan kegelapan semalam, beri tahu aku dongeng tentang air, tuhan mungkin aku akan tidur berselimut air. Tapi aku mohon, jangan jadikan aku bangkai malam yang siap di lempar ke lautan.

 NB. seting suasana: Ramadhan 
        seting tempat : Mutun, tanjung karang 
        durasi : 10 menit
       

Jumat, 27 Juli 2012

~ALAMATPALSU~ (Misteri sebuah perkenalan)


~Alamatpalsu~
(Misteri sebuah perkenalan)

Aku masih ragu, antara berkeinginan iya atau tidak untuk sekedar menekan  tombol enter pada sebuah permintaan berpacaran di akun facebook sebuah web jejaring sosial terheboh zaman ini, namanya saja sudah facebook walau sering salah menyebutnya menjadi “fa-ce-bo’ok”, yah terpeleset sedikit sudah jadi salah makna wajarlah keterampilan berbahasaku not well tidak begitu bagus padahal ada keinginan kuat aku bisa melancong ke negeri asing untuk melanjutkan studi usai lulus tahun ini. Walau sekedar mimpi tapi itulah harapan sebuah hak yang wajib di miliki manusia, tanpa mimpi apalah jadinya hidup ini, tanpa sebuah harapan mau di bawa kemana badan ini, itulah dua buah kalimat yang kupegang sampai saat ini.
Aku masih ragu, belum lama ini sesosok gadis kecil berteman denganku, seperti biasa aku mengonfrimasi masuk orang-orang yang ingin berteman denganku, gadis ini menjadi orang yang ke 1001 dalam daftar teman-teman facebook, sebuah jumlah yang ketika aku mendengarnya akan terbayang kisah-kisah 1001 malam yang kerap kakek ceritakan sebelum beranjak tidur. Pesan pertama gadis itu muncul sedetik setelah terkonfrim , aku terkejut dan merasa aneh ada saja orang yang bisa menulis 3 paragraf dalam jangka waktu yang super cepat, aku rasa untuk copy paste pun akan memakan waktu lebih dari 1 detik, tapi sudahlah itu bukan urusanku, ada tiga judul yang mewakili tiap paragraf, tertulis paragraf.
Perkenalkan
            Aku bukan kamu,aku bukan ayah,ibu atau temanmu, aku bukan mereka, dan aku bukanlah orang yang kau kenal atau bahkan bisa kau kenal, tapi aku mau kau mengenali aku..kenali aku mohon...
Percayalah
            Kau boleh tak percaya padaku tapi izinkan aku percaya padamu, mungkin percaya saja tidak cukup,tapi aku mau kau gerakkan tangan serta kakimu agar aku benar-benar percaya kalau kau percaya....
Tolonglah
            Sesudah kau mengenali aku,dan percaya padaku  aku mohon dengan perintah air mata tolong dan kembalikan aku padanya...
Seperti  biasa aku hanya menganggap pesan itu sebuah sapaan perkenalan atau ucapan ringan yang kerap aku terima dari teman sezamanku, sampai pukul 20.00  dari waktu mulai online selepas isya’ , sudah masuk 111 pesan baru, namun ketika kursor mendetek pesan 101 di antaranya adalah pesan dari gadis itu ntah, siapa namanya aku sulit menyebutnya, tertulis jelas hanya  sebuah tanda “!” (seru)...akan terasa aneh jika harus menyebutnya si seru dan aku rasa dia tidak seru, lebih tepat menakutkan dan memang menakutkan setelah ku share  malam itu juga dalam skala yang lebih besar jelas terlihat foto profilnya sebuah batu nisan berbahan marmer cina halus. yang aku tidak habis fikir bagai mana dia bisa mengetahui alamat akun yang kupunya, kalaupun tau, tapi dari siapa?, siapa yang akan memberi tau? kalau pertemanannya saja hanya 1 yaitu aku!,
Atau mungkin dia pengguna baru? Dan mengacak nama di pencarian kebetulan namaku yang di dapatnya, ahh ntah lah aku tak ingin pusing hanya karena dia, toh siapa dia. Aku tak kenal.
Belum kumatikan walau saat ini krisis baterai aku tetap bangga karena kemampuan Acher11in ku bisa sampai 10 jam setelah itu pasti mati , aku belum bisa tidur, air ludah terasa sangat kering dengan santai ku teguk segelas  putih di atas meja,sembari membilas kerongkonganku, mungkin selang beberapa menit.
Muncul secara berurutan pesan-pesan baru masih dari gadis yang sama, tapi kali ini jumlahnya mencapai ribuan bisa di perkirakan dalam satu detik bisa 3 sampai 4 pesan. Aku bertanya-tanya sebenarnya apa sih maunya? Apa sekedar iseng atau tak tau caranya berkomunikasi yang baik dengan orang yang baru saja di kenalnya. “arrggghh”, aku semakin geram di buatnya, mutku sudah tak enak lagi chat-pun sudah semakin sepi penghuninya, mungkin karena malam dan mereka harus bekerja esok hari dan akupun harus sekolah , sesegeera mungkin aku menata tubuhku dalam bungkusan selimut malam dan pulas tanpa memikirkan beban stigma yang tadi menggangguku.
Malam dingin dari sela-sela lipatan papan kamar terasa angin berhembus deras membawa kesungguhan kalau waktu sudah semakin malam, malam tanpa suara tawa adiku yang acap kali merengek,suara ibu yang tertawa karna bergosip dengan televisi dan suara motor butut ayah yang menderu-dera memecah belah kesunyian. Benar-benar hening sampai di sebuah lorong-lorong yang aku kenal ini seperti di sebuah labirin kuno zaman yunani, sejauh mata memandang hanya celah-celah rerumputan yang berkelebat di depan mata. Diamana,dimana ini? Tempat apa ini? Aku bertanya-tanya. Sebelum pertanyaan itu mencuat dari bibirku, sempat sekilas tampak seseorang dari kejauhan berbaju terusan putih,bersih,bercahaya bahkan kontras kulitnya nyaris sepadan dengan warna bajunya. Seorang gadis ya, itu pasti seorang gadis yang jika di kira-kira berumur 10 tahun lebih muda dariku, tapi yang membuatku aneh dia berpenampilan tak layangnya seperti orang biasa, malah terkesan norak dengan dandanan seperti mau agustusan, gelakku dalam hati.
Dengan rambutnya yang panjang terurai dan di seret bagai sapu ijuk rumahan, ia terus berjalan sampai akhirnya lampu penerang padam dan dia menghilang, aku terkejut selang satu setengah menit hidup kembali dengan keadaan yang lebih berbeda. Yang jelas hanya ada 1 pintu di depan hidungku, sekilas pintu tersebut seperti pintu kemana saja ala doraemon aku terkekeh-kekeh sembari tetap serius.  Aku kembali bertanya-tanya sebenarnya ada di mana ini? Tempat apa ini? Namun sesosok hitam kelam muncul dari balik pintu, wajahnya asing,kulit luarnya mengelupas licin tubuhnya berair bahkan ia tak seperti manusia malah seperti VoldeMord pemeran iblis dalam film HarryPotter sungguh menakutkan tak bisa ku gambarkan bagaimana jadinya diriku ini bila di terkam oleh mahluk bergigi ganjil yang tajam ini, mulutku menganga, wajahku nanar sayu-sayu takut,mataku seakan mengelupas. Kemudian dengan rasa yang semakin gila kuku-kukunya yang tajam dan bernanah merenggut kepalaku, imanku seakan goyah hanya diam dalam keheningan misteri gila ini. Aku takut,seakan ingin berteriak tapi tak bisa,seakan suraku di hisap oleh kesunyian, seperti ada yang memperkecil volume suaraku sehingga sampai urat leherku tak mampu lagi berdendang. Di hadapannya aku terpaku tapi tiba-tiba ia menyodorkan secarik kertas dengan sebuah alamat bertulis di dalamnya, jl. Tanah abang. Kemudian dengan perlahan dan pelan tangannya mulai turun dari kepalaku, ia bersuara serak dan berkata “ikuti aku.. lewat pintu yang aku tak tau akan kemana ia menarik tanganku lembut seakan seperti seorang raja yang turun dari pelataran kereta kerajaan, aku melangkah sesaat hawa dingin menyergap deras hembusan angin dari pintu itu kencang sekali, perlahan dia bukakan  pintunya dan menari masuk, kencang sekali tarikannya aku terpeleset jatuh ternyata pintu itu adalah sebuah jurang hitam  pikiranku buyar tubuhku menghantam dasar jurang.
Rasanya sakit sekali, aku tersadar aku jatuh dari dipan, selimut panjang telah membelit leherku, memar merah lebam-lebam terasa jelas dari seluruh bagian lenganku.  Tampaknya hari sudah siang,matahari menyemburat dari celah-celah gunung, untungnya hari ini adalah hari minggu, jadi aku bisa berleha-leha dan melakukan aktivitas sesukaku.
Masih terbayang jelas bagaimana, mimpi itu menyergapku semalam. Benar-benar menyeramkan. Sesaat setelah notebook ku on dan di refresh beberapa kali. Aku memulai aktivitas mayaku dengan orang-orang yang sudah atau bahkan belum aku kenal, kami berdiskusi,bercerita dan berbagi pengalaman tentang kehidupan sehari-hari banyak teman “face” ku berasal Thailand, Singapura,dan Malaysia  mereka menarik dan kami bercerita tentang banyak hal, dari hobi,aktivitas di rumah,sekolah bahkan sampai kehidupan pribadi memang mengasikanaa berbicara dengan orang yang tidak ada di depan mata.
Sungguh aku terkejut, gadis itu kembali menyusup ke dinding faceku, dan mencantumkan sebuah alamat yang benar-benar tanpa ku duga, alamat yang serupa dengan alamat yang di berikan seseorang dalam mimpiku semalam, Jl. Tanah abang? Sebuah alamat yang aku tak tau di mana letaknya, yang aku tau nama jalan ini ada di jakarta pusat wilayah Metro Tanah Abang, dan apa hubungannya dengan tempatku tinggal sekarang? Banyak pertanyaan yang tak bisa ku jawab dalam misteri ini. Semua pertanyaan ini menjadi kemelut bagiku.
Di tengah perjalanan pulang sekolah, di atas bus aku sebangku dengan seorang tua yang aku harap orang yang tau tentang wilayah kota yang aku tempati ini.
“ma’af, pak..boleh saya bertanya”?, aku mulai pembicaraan,
Dengan sungut-sungut jenggotnya yang rimbun. Ia menjawab “ya,ono opo?
“apa bapak tau Jl. Tanah Abang, itu dimana?, tanyaku tanpa basa basi.
“jl. Tanah abang? Dengan wajah keheranan,ia seperti berfikir.
“iya pak jl. Tanah abang, apa bapak tau? Ku ulangi pertanyaannya, dengan raut penuh selidik.
“tau, kenapa? Jawabnya dengan pertanyaan.
“gak, cuman ingin tau saja”, suaraku santai.
“kebetualan saya mau kesana, kamu mau ikut?, tawarnya kepadaku.
“ee..ee..iya pak”, seruku dengan ragu-ragu.
“baik, nanti turun denganku”, ucapnaya dengan suara merendah,
Aku mengangguk mengiakan, dan akhirnya kami berdua jadi terdiam satu sama lain. sepanjang perjalanan perasaanku tidak enak ada sesuatu yang membuatku janggal sampai mebuat dudukku tak tentu lagi. Tanpa dirasa kami telah sampai di tujuan, tapi anehnya mataku tak menemukan rumah,atau gubuk tempat kami berdiri, hanya rumput dan semak-semak belukar, sebuah palang gapura dan jalan setapak terlihat di seberang jalan.
“ma’af pak, sebenarnya kita kemana? aku mulai curiga dengan seorang tua ini,
“kau bilang mau ke Jl. Tanah abang kan!, jawabnya aneh,
“iya tapi, saya tak melihat jalan besar di sini”, ucapku dengan nada tinggi, ia memandangku seperti orang aneh,”sudah ikuti saja!, perintahnya.
“Tidak!,kalau saya boleh tau, anda mau kemana? seketika ku hentikan jalan.
“aku sebenarnya akan pergi, ke pemakaman anakku ayu”,kebetulan  seperti alamat yang kau pinta tadi ini tempatnya”, ia sempat menarik tanganku keras dan kasar.
“oh”, aku terkejut, ternyata alamat itu, yang di sebut tanah abang, ternyata tempat pemakaman. Tanahnya merah dengan batu nisan bermacam bentuk mencuat dari tanah.
Pikiranku menjadi tak tentu, kenapa ini bisa terjadi, seorang  anak gadis yang telah meninggal, bagai mana bisa memberiku alamat palsu seperti ini. Apa maksudnya?? Seorang tua itu, hanya diam melihatku cuap-cuap seperti orang aneh. Tiba-tiba aku kembali di kejutka dengan suara dentang chat di hp ku, dengan nanar pesan dari gadis itu kembali menyeruak di dinding face ku, denagn kalimat terakhir yang menggunakan huruf kapital “terimakasih sudah mau mampir”. Tanpa pikir panjang aku pergi dan tak mempedulikan seorang tua itu, hari semakin sore bayangan keanehan menyeruak di pikiranku, tapi aku sempat terhibur dengan suara musik bus yang mendendangkan sembayu lagu terbaru Ayu Ting-Ting. “Alamat Palsu”.
“kesana..kemari mencari alamat ;)