~Alamatpalsu~
(Misteri sebuah perkenalan)
Aku masih ragu, antara
berkeinginan iya atau tidak untuk sekedar menekan tombol enter pada sebuah permintaan berpacaran
di akun facebook sebuah web jejaring sosial terheboh zaman ini, namanya saja
sudah facebook walau sering salah
menyebutnya menjadi “fa-ce-bo’ok”, yah terpeleset sedikit sudah jadi salah
makna wajarlah keterampilan berbahasaku not
well tidak begitu bagus padahal ada keinginan kuat aku bisa melancong ke
negeri asing untuk melanjutkan studi usai lulus tahun ini. Walau sekedar mimpi
tapi itulah harapan sebuah hak yang wajib di miliki manusia, tanpa mimpi apalah
jadinya hidup ini, tanpa sebuah harapan mau di bawa kemana badan ini, itulah
dua buah kalimat yang kupegang sampai saat ini.
Aku masih ragu, belum
lama ini sesosok gadis kecil berteman denganku, seperti biasa aku mengonfrimasi
masuk orang-orang yang ingin berteman denganku, gadis ini menjadi orang yang ke
1001 dalam daftar teman-teman facebook,
sebuah jumlah yang ketika aku mendengarnya akan terbayang kisah-kisah 1001
malam yang kerap kakek ceritakan sebelum beranjak tidur. Pesan pertama gadis
itu muncul sedetik setelah terkonfrim , aku terkejut dan merasa aneh ada saja
orang yang bisa menulis 3 paragraf dalam jangka waktu yang super cepat, aku
rasa untuk copy paste pun akan
memakan waktu lebih dari 1 detik, tapi sudahlah itu bukan urusanku, ada tiga
judul yang mewakili tiap paragraf, tertulis paragraf.
Perkenalkan
Aku
bukan kamu,aku bukan ayah,ibu atau temanmu, aku bukan mereka, dan aku bukanlah
orang yang kau kenal atau bahkan bisa kau kenal, tapi aku mau kau mengenali
aku..kenali aku mohon...
Percayalah
Kau
boleh tak percaya padaku tapi izinkan aku percaya padamu, mungkin percaya saja
tidak cukup,tapi aku mau kau gerakkan tangan serta kakimu agar aku benar-benar
percaya kalau kau percaya....
Tolonglah
Sesudah
kau mengenali aku,dan percaya padaku aku
mohon dengan perintah air mata tolong dan kembalikan aku padanya...
Seperti biasa aku hanya menganggap pesan itu sebuah
sapaan perkenalan atau ucapan ringan yang kerap aku terima dari teman
sezamanku, sampai pukul 20.00 dari waktu
mulai online selepas isya’ , sudah
masuk 111 pesan baru, namun ketika kursor mendetek pesan 101 di antaranya
adalah pesan dari gadis itu ntah, siapa namanya aku sulit menyebutnya, tertulis
jelas hanya sebuah tanda “!”
(seru)...akan terasa aneh jika harus menyebutnya si seru dan aku rasa dia tidak
seru, lebih tepat menakutkan dan memang menakutkan setelah ku share malam itu juga dalam skala yang lebih besar
jelas terlihat foto profilnya sebuah batu nisan berbahan marmer cina halus.
yang aku tidak habis fikir bagai mana dia bisa mengetahui alamat akun yang
kupunya, kalaupun tau, tapi dari siapa?, siapa yang akan memberi tau? kalau
pertemanannya saja hanya 1 yaitu aku!,
Atau mungkin dia
pengguna baru? Dan mengacak nama di pencarian kebetulan namaku yang di
dapatnya, ahh ntah lah aku tak ingin pusing hanya karena dia, toh siapa dia.
Aku tak kenal.
Belum kumatikan
walau saat ini krisis baterai aku tetap bangga karena kemampuan Acher11in ku bisa sampai 10 jam setelah
itu pasti mati , aku belum bisa tidur, air ludah terasa sangat kering dengan
santai ku teguk segelas putih di atas
meja,sembari membilas kerongkonganku, mungkin selang beberapa menit.
Muncul secara
berurutan pesan-pesan baru masih dari gadis yang sama, tapi kali ini jumlahnya
mencapai ribuan bisa di perkirakan dalam satu detik bisa 3 sampai 4 pesan. Aku
bertanya-tanya sebenarnya apa sih maunya? Apa sekedar iseng atau tak tau
caranya berkomunikasi yang baik dengan orang yang baru saja di kenalnya.
“arrggghh”, aku semakin geram di buatnya, mutku sudah tak enak lagi chat-pun
sudah semakin sepi penghuninya, mungkin karena malam dan mereka harus bekerja
esok hari dan akupun harus sekolah , sesegeera mungkin aku menata tubuhku dalam
bungkusan selimut malam dan pulas tanpa memikirkan beban stigma yang tadi
menggangguku.
Malam dingin dari
sela-sela lipatan papan kamar terasa angin berhembus deras membawa kesungguhan
kalau waktu sudah semakin malam, malam tanpa suara tawa adiku yang acap kali
merengek,suara ibu yang tertawa karna bergosip dengan televisi dan suara motor
butut ayah yang menderu-dera memecah belah kesunyian. Benar-benar hening sampai
di sebuah lorong-lorong yang aku kenal ini seperti di sebuah labirin kuno zaman
yunani, sejauh mata memandang hanya celah-celah rerumputan yang berkelebat di
depan mata. Diamana,dimana ini? Tempat apa ini? Aku bertanya-tanya. Sebelum
pertanyaan itu mencuat dari bibirku, sempat sekilas tampak seseorang dari
kejauhan berbaju terusan putih,bersih,bercahaya bahkan kontras kulitnya nyaris
sepadan dengan warna bajunya. Seorang gadis ya, itu pasti seorang gadis yang
jika di kira-kira berumur 10 tahun lebih muda dariku, tapi yang membuatku aneh
dia berpenampilan tak layangnya seperti orang biasa, malah terkesan norak
dengan dandanan seperti mau agustusan, gelakku dalam hati.
Dengan rambutnya
yang panjang terurai dan di seret bagai sapu ijuk rumahan, ia terus berjalan
sampai akhirnya lampu penerang padam dan dia menghilang, aku terkejut selang
satu setengah menit hidup kembali dengan keadaan yang lebih berbeda. Yang jelas
hanya ada 1 pintu di depan hidungku, sekilas pintu tersebut seperti pintu
kemana saja ala doraemon aku terkekeh-kekeh sembari tetap serius. Aku kembali bertanya-tanya sebenarnya ada di
mana ini? Tempat apa ini? Namun sesosok hitam kelam muncul dari balik pintu,
wajahnya asing,kulit luarnya mengelupas licin tubuhnya berair bahkan ia tak
seperti manusia malah seperti VoldeMord pemeran
iblis dalam film HarryPotter, sungguh
menakutkan tak bisa ku gambarkan bagaimana jadinya diriku ini bila di terkam
oleh mahluk bergigi ganjil yang tajam ini, mulutku menganga, wajahku nanar
sayu-sayu takut,mataku seakan mengelupas. Kemudian dengan rasa yang semakin
gila kuku-kukunya yang tajam dan bernanah merenggut kepalaku, imanku seakan
goyah hanya diam dalam keheningan misteri gila ini. Aku takut,seakan ingin
berteriak tapi tak bisa,seakan suraku di hisap oleh kesunyian, seperti ada yang
memperkecil volume suaraku sehingga sampai urat leherku tak mampu lagi
berdendang. Di hadapannya aku terpaku tapi tiba-tiba ia menyodorkan secarik
kertas dengan sebuah alamat bertulis di dalamnya, jl. Tanah abang. Kemudian
dengan perlahan dan pelan tangannya mulai turun dari kepalaku, ia bersuara
serak dan berkata “ikuti aku.. lewat pintu yang aku tak tau akan kemana ia
menarik tanganku lembut seakan seperti seorang raja yang turun dari pelataran
kereta kerajaan, aku melangkah sesaat hawa dingin menyergap deras hembusan
angin dari pintu itu kencang sekali, perlahan dia bukakan pintunya dan menari masuk, kencang sekali
tarikannya aku terpeleset jatuh ternyata pintu itu adalah sebuah jurang
hitam pikiranku buyar tubuhku menghantam
dasar jurang.
Rasanya sakit
sekali, aku tersadar aku jatuh dari dipan, selimut panjang telah membelit
leherku, memar merah lebam-lebam terasa jelas dari seluruh bagian
lenganku. Tampaknya hari sudah
siang,matahari menyemburat dari celah-celah gunung, untungnya hari ini adalah
hari minggu, jadi aku bisa berleha-leha dan melakukan aktivitas sesukaku.
Masih terbayang
jelas bagaimana, mimpi itu menyergapku semalam. Benar-benar menyeramkan. Sesaat
setelah notebook ku on dan di refresh beberapa kali. Aku memulai aktivitas mayaku dengan
orang-orang yang sudah atau bahkan belum aku kenal, kami berdiskusi,bercerita
dan berbagi pengalaman tentang kehidupan sehari-hari banyak teman “face” ku
berasal Thailand, Singapura,dan Malaysia
mereka menarik dan kami bercerita tentang banyak hal, dari
hobi,aktivitas di rumah,sekolah bahkan sampai kehidupan pribadi memang
mengasikanaa berbicara dengan orang yang tidak ada di depan mata.
Sungguh aku
terkejut, gadis itu kembali menyusup ke dinding faceku, dan mencantumkan sebuah
alamat yang benar-benar tanpa ku duga, alamat yang serupa dengan alamat yang di
berikan seseorang dalam mimpiku semalam, Jl. Tanah abang? Sebuah alamat yang
aku tak tau di mana letaknya, yang aku tau nama jalan ini ada di jakarta pusat
wilayah Metro Tanah Abang, dan apa hubungannya dengan tempatku tinggal
sekarang? Banyak pertanyaan yang tak bisa ku jawab dalam misteri ini. Semua
pertanyaan ini menjadi kemelut bagiku.
Di tengah
perjalanan pulang sekolah, di atas bus aku sebangku dengan seorang tua yang aku
harap orang yang tau tentang wilayah kota yang aku tempati ini.
“ma’af, pak..boleh
saya bertanya”?, aku mulai pembicaraan,
Dengan
sungut-sungut jenggotnya yang rimbun. Ia menjawab “ya,ono opo?
“apa bapak tau Jl.
Tanah Abang, itu dimana?, tanyaku tanpa basa basi.
“jl. Tanah abang?
Dengan wajah keheranan,ia seperti berfikir.
“iya pak jl. Tanah
abang, apa bapak tau? Ku ulangi pertanyaannya, dengan raut penuh selidik.
“tau, kenapa?
Jawabnya dengan pertanyaan.
“gak, cuman ingin
tau saja”, suaraku santai.
“kebetualan saya
mau kesana, kamu mau ikut?, tawarnya kepadaku.
“ee..ee..iya pak”,
seruku dengan ragu-ragu.
“baik, nanti turun
denganku”, ucapnaya dengan suara merendah,
Aku mengangguk
mengiakan, dan akhirnya kami berdua jadi terdiam satu sama lain. sepanjang
perjalanan perasaanku tidak enak ada sesuatu yang membuatku janggal sampai
mebuat dudukku tak tentu lagi. Tanpa dirasa kami telah sampai di tujuan, tapi
anehnya mataku tak menemukan rumah,atau gubuk tempat kami berdiri, hanya rumput
dan semak-semak belukar, sebuah palang gapura dan jalan setapak terlihat di seberang
jalan.
“ma’af pak,
sebenarnya kita kemana? aku mulai curiga dengan seorang tua ini,
“kau bilang mau ke
Jl. Tanah abang kan!, jawabnya aneh,
“iya tapi, saya
tak melihat jalan besar di sini”, ucapku dengan nada tinggi, ia memandangku
seperti orang aneh,”sudah ikuti saja!, perintahnya.
“Tidak!,kalau saya
boleh tau, anda mau kemana? seketika ku hentikan jalan.
“aku sebenarnya akan
pergi, ke pemakaman anakku ayu”,kebetulan
seperti alamat yang kau pinta tadi ini tempatnya”, ia sempat menarik
tanganku keras dan kasar.
“oh”, aku
terkejut, ternyata alamat itu, yang di sebut tanah abang, ternyata tempat
pemakaman. Tanahnya merah dengan batu nisan bermacam bentuk mencuat dari tanah.
Pikiranku menjadi
tak tentu, kenapa ini bisa terjadi, seorang
anak gadis yang telah meninggal, bagai mana bisa memberiku alamat palsu
seperti ini. Apa maksudnya?? Seorang tua itu, hanya diam melihatku cuap-cuap
seperti orang aneh. Tiba-tiba aku kembali di kejutka dengan suara dentang chat
di hp ku, dengan nanar pesan dari gadis itu kembali menyeruak di dinding face
ku, denagn kalimat terakhir yang menggunakan huruf kapital “terimakasih sudah
mau mampir”. Tanpa pikir panjang aku pergi dan tak mempedulikan seorang tua
itu, hari semakin sore bayangan keanehan menyeruak di pikiranku, tapi aku
sempat terhibur dengan suara musik bus yang mendendangkan sembayu lagu terbaru Ayu
Ting-Ting. “Alamat Palsu”.
“kesana..kemari mencari
alamat” ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
syukran